Di Balik Radikalisme NII dan Bibit Terorisme di Indonesia
Solopos.com, SOLO -- Keterlibatan jaringan Negara Islam Indonesia (NII) dalam teror terhadap Mapolda Riau, Rabu (16/5/2018) lalu, cukup mengejutkan. Lama tak terdengar namanya dan nyaris tak pernah dihubungkan dengan aksi teror, NII memang berbeda dengan organisasi-organisasi yang terang-terangan mendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) seperti Jamaah Anshorud Daulah (JAD) atau kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, menyebutkan NII memang berbeda dari ISIS. Jika ISIS mendeklarasikan berdirinya negara Islam yang berpusat di Raqqa Suriah, NII jauh lebih dulu bercita-cita mendirikan negara Islam di Indonesia. Mereka mengikuti jejak Kartosuwiryo, pemimpin pemberontakan DI/TII yang ditumpas oleh TNI di era Presiden Soekarno.
Tapi pada dasarnya mereka punya musuh yang sama. Mereka bisa melakukan apa saja. NII sendiri ingin mengikuti jejak Kartosuwiryo. Maka ketika muncul [ISIS] di Suriah, mereka berempati, lalu berangkat ke Suriah," kata Ken dalam perbincangan di Kompas TV, Rabu (16/5/2018) malam.
Bagi mereka, musuh mereka adalah rezim yang dianggap zalim dan fasiq. Jika ada pihak-pihak yang melawan atau menghambat aksi mereka seperti Densus 88, maka akan dianggap sebagai penghalang. Hal itu menjadi alasan mereka menyasar polisi sebagai target aksi.
Lalu, mengapa mereka memusuhi negara? Ken menjelaskan bagaimana logika NII memandang pemerintah dan dasar negara. Bagi NII, negara ini tidak sesuai dengan kaidah hidup mereka. Alasannya, banyak hukum Indonesia, misalnya KUHP, yang mereka anggap hanya merupakan buatan manusia dan warisan dari Belanda. Sedangkan bagi mereka, hukum buatan manusia adalah melawan hukum Tuhan.
"Mereka mengunakan [tafsir] ayat [untuk meyakinkan logika mereka]. Misalnya, Nabi Musa menyampaikan wahyu pada umatnya, contohnya dalam Surat Al Baqarah [Sapi Betina]. Nabi Musa memerintahkan agar umatnya menyembelih sapi betina. Tapi bagi mereka [NII], sapi betina ini adalah Pancasila," kata Ken mencontohkan penjelasan mengapa simbol-simbol negera dimusuhi oleh kelompok ini.
Contoh lain adalah tafsir mereka terhadap kalimat syahadat bahwa "tidak ada Tuhan selain Allah". "Mereka memahaminya tidak ada hukum selain hukum Allah. Konsep mereka ini nasionalisme punya musuh, apapun langkah pemerintah pasti salah. Karena itu mereka ingin mengganti pemerintah."
Perang
Dalam menyebarkan pengaruhnya, Ken menyebut NII bisa menghalalkan segala cara, termasuk mengambil harta orang, bahkan merampok atau membunuh jika perlu. Alasan yang digunakan NII adalah menyatakaan saat ini mereka sedang dalam situasi perang. Dengan situasi tersebut, mereka bisa menyebut semua pihak di luar mereka sebagai musuh. "Termasuk harta musuh itu bisa dipakai, [dengan cara] merampok, membunuh, bisa dipakai."
Hal inilah yang ditanamkan para ideolog NII untuk menyebarkan pengaruh kepada para anggota dan simpatisan. Hal ini pula yang menjadi penyebab berbagai kasus penipuan atau penggelapan yang melibatkan orang terduga anggota NII. Kasus-kasus yang ditangani NII Crysis Center memperlihatkan keterlibatan seseorang di NII yang tak terendus oleh anggota keluarganya selama bertahun-tahun.
"Kami membuat website NII Crisis Center. Nanti malam kita tangani kasus, [ada seorang suami yang baru mengetahui] 11 tahun istrinya gabung NII. Padahal mereka kumpul setiap hari. Tahunya [ketahuan terlibat NII setelah] ada kolektor datang ke rumah, tanahnya digadaikan, padahal setiap bulan dapat nafkah. Walaupun tidak boleh kenal dengan orang, kalau punya suami, mereka anggap menikah dengan binatang. Tapi ini [pasangan] dianggap ATM berjalan," cerita Ken.
Padahal, setiap anggota NII juga memiliki tugas untuk merekrut orang terus-menerus sehingga kasus seperti ini bisa terjadi di mana-mana. Sebelum ada keyakinan yang mereka anggap lebih bagus, mereka tak akan berhenti bergerak dan merekrut orang lain. Apalagi daam NII, ada doktrin bahwa perintah pemimpin itu sama dengan perintah Tuhan.
"Mereka sami'na wa ato'na. Ketika mendapat perintah pimpinan, mereka harus berangkat. Tidak ada istilah bertanya. Tidak ada abu-abu, hanya hitam dan putih," kata Ken.
Menurut Ken, yang paling sering menjadi korban dalam kasus-kasus seperti ini adalah orang tua para anggota. Umumnya mereka adalah orang tua para mahasiswa yang telah terdoktrin, namun tak menyadari anak mereka menjadi anggota NII. Akibatnya, mereka ada yang menghabiskan uang Rp300 juta untuk anaknya tanpa mengetahui untuk apa uang itu diberikan.
Sebelumnya, Polri mengungkapkan kelompok di balik teror terhadap Mapolda Riau, Rabu (16/5/2018) pagi, oleh 4 orang tak dikenal. Pelaku serangan itu diketahui terkait dengan orang yang ditangkap di Sumatra Selatan dan sempat mendatangi Mako Brimob setelah kerusuhan di rutan pekan lalu.
Hal itu diungkapkan oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto dalam konferensi pers di Mabes Polri, Rabu sore. Menurutnya, polisi telah mengetahui pergerakan orang-orang tersebut pascakerusuhan di Rutan Salemba cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
"Bahwa kelompok ini adalah Negara Islam Indonesia [NII] yang berafiliasi dengan ISIS Dumai. Demikian," Setyo dalam pernyataan resmi yang ditayangkan live oleh Kompas TV.
Menurut Setyo, kelompok penyerang Mapolda Riau ini terkait dengan dua orang yang ditangkap polisi di Sumatra Selatan pada Selasa (15/5/2018) lalu. Polisi telah mendeteksi kedua orang tersebut bersama empat orang yang terlibat penyerangan hari ini.
#muslimsejati #zonamuslim #indonesia #nusantara #khilafah
Tidak ada komentar